MULIAKAN ORANG TUAMU.... JIKA INGIN ALLAH MULIAKAN HIDUPMU

Jangan selalu diartikan bahwa memuliakan orang tua itu harus berpatokan dengan uang.Maksudnya jika memuliakan orang tua itu harus berpatokan dengan uang ,bagaimana kemudian Jika kita ingin membahagiakan orang tua kita namun keadaan ekonomi atau uang kita sendiri masih dalam keadaan mepet.Untuk itu dalam artikel ini saya mencoba  memberikan pemahaman kepada para pembaca semua agar bisa memahami,

Bagaimana memuliakan orang tua agar Allah juga memuliakan hidup kita.

Namun sebelum lanjut alangkah baiknya kita memahami salah satu kisah atau cerita sahabat nabi yaitu Sayyidina Uwais Alqorni. Uwais Alqorni adalah sosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya, kemudian ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh.Dia merupakan orang miskin dari Yaman yang ingin bertemu dengan Rasulullah namun tidak pernah berjumpa. Pada suatu kisah dia (ibunya) ingin melaksanakan Haji namun terkendala perjalanan itu sangatlah jauh, harus melewati padang pasir yang tandus dengan cuaca yang sangat panas, sedangkan Uwais sendiri adalah pria tidak memiliki kendaraan untuk melakukan perjalanan jauh seperti itu.

Kemudian untuk mengabulkan permintaan ibunya Uwais melakukan latihan fisik setiap hari dengan menggendong anak lembu naik turun bukit,selain latihan fisik Ia juga menampung bahan makanan sebagai bekal perjalanannya.Kemudian memasuki musim Haji, dia (ibunya) bisa menunaikan haji.Singkat ceritanya dalam perjalanan yang sangat jauh, Uwais rela menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah untuk  memenuhi permintaan  ibunya yaitu menunaikan ibadah haji,kemudian sampai di Mekah dengan penuh semangat dan usaha menggendong ibunya untuk melakukan tawaf di hadapan Ka'bah , Uwais berkata “Ya Allah ampunilah semua dosa Ibu” lalu sang Ibu juga berkata “Bagaimana dengan dosamu?”.... dengan penuh ketulusan Uwais menjawabnya “terambilnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga” cukuplah ridho dari ibu yang akan membawaku ke surga”

Dari kisah Uwais al Qarni tersebut seharusnya membuat kita sadar betapa pentingnya memuliakan orang tua dalam tanda kutip orang tua di sini bukan orang tua yang hanya masih dalam keadaan hidup,orang tua yang sudah meninggal pun kita masih wajib untuk memuliakannya dengan cara-cara yang sudah dianjurkan dalam ajaran agama... seperti mendoakan untuk kemuliaannya, diampuni dosanya, berziarah ke makamnya, sedekah atas nama mereka dan masih banyak yang bisa dilakukan untuk memuliakan orang tua yang sudah meninggal.

Begitupun saat orang tua masih hidup...cara untuk berbakti kepadanya sangat luas, termasuk tidak berkata kasar pun adalah termasuk cara memuliakan orang tua.

Memuliakan orang tua sudah dijelaskan dalam Quran Surat Luqman Ayat 14 

Yang artinya:” Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu

dan Quran surat al-isra ayat 23 yang artinya

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik

Berbakti kepada orang tua atau yang biasa disebut dengan birrul walidain, merupakan naluri dari setiap manusia sebab dalam jiwa setiap orang tertanam sifat cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya yaitu ayah dan ibunya, jadi bisa simpulkan bahwa memuliakan orang tua atau berbakti kepada orang tua memiliki kedudukan yang mulia dan menunjukkan keutamaan di antaranya;

Amalan paling dicintai Allah 

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas'ud radhiallahu Anhu,Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyebut berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT.

Amalan paling utama

Sebagaimana dalam versi riwayat lain hadis Ibnu Mas'ud berbakti kepada orang tua merupakan amalan yang paling utama,

Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam", "Amalan apakah yang paling afdhal (utama)?" Rasul menjawab, “Shalat pada –waktu-waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau Mmenjawab lagi, “Berbakti kepada kedua orang tua.”Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” "Kemudian jihad fi Sabilillah." Kemudian aku terdiam dan tidak lagi bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Andaikan saya meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan saya.”  (HR.Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).

Umur panjang dan kemudahan rezeki

Bagi anak yang memuliakan kedua orang tua atau berbakti kepada kedua orang tua atau anak yang senantiasa berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya Atau memuliakan orang tuanya akan memperoleh keberkahan hidup berupa umur panjang dan kemudahan rezeki.

Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh Syu'aib Al arnauth yang artinya 

Dari Anas bin Malik radhiallahu Anhu,Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda. Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya maka hendaknya ia berbakti kepada orang tuanya dan menyambung tali silaturahim atau kekerabatan (HR Ahmad )


Bagaimana menjemput keajaiban rezeki ➡️ baca di sini

Pintu Surga Yang pertengahan 

Seperti yang diriwayatkan dalam sebuah kisah diatas Uwais Alqorni,bahwa ketika tawaf dia memohon ampunan dosa ibunya itu adalah merupakan salah satu contoh bahwa pintu surga yang akan ditempati nya adalah dari kedua orang tuanya .

Diriwayatkan dalam sebuah hadits 

Orang tua merupakan pintu syurga paling pertengahan, jika engkau mampu maka tetapilah atau jagalah pintu tersebut”.  (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dishahihkan Syekh Al-Albani dan Syekh Al-Arnauth).

Ridho Allah tergantung Ridho kedua orangtua 

Ridho kedua orang tua terhadap anak merupakan penentu seorang anak mendapatkan ridho Allah subhanahu wa ta’ala,hal ini dituliskan dalam sebuah hadits 

Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua ”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).

Doa yang Mustajab bagi anak yang berbakti kepada kedua orang tua

Anak yang berbakti atau memuliakan orang tua senantiasa akan didoakan oleh orang tuanya dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya merupakan salah satu doa yang Dijelaskan 

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu 'anhu  mengatakan, Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam  mengatakan;

“Tiga doa yang dikabulkan, tidak ada keraguan padanya: doa orang yang terzalimi, doa orang musafir, dan doa doa.”

Ada tiga do'a yang mustajab, tidak ada keraguan akan hal itu; do'a orang yang terdzalimi, do'a musafir, dan do'a orang tua untuk (kebaikan) anaknya".  (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syekh Al-Arnauth).

Dalam riwayat lain ;

 “Tiga doa yang pasti akan dikabulkan: doa ayah, doa musafir, dan doa orang yang terzalimi .”

Ada tiga do'a yang mustajab, tidak ada keraguan tentang hal itu; do'a orang tua (untuk anaknya), do'a musafir, dan do'a orang terdzalimi".  (HR. Abu Daud dan Ahmad, dihasankan oleh Syekh Al-Albani).

Sebab dikabulkannya Taubat

Berbuat baik atau berbakti kepada orang tua atau salah satu dari keduanya merupakan sebab dikabulkannya Taubat. Hal ini diriwayatkan Ibnu Umar bahwa

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendatanginya. Dia berkata: Tidak. Dia berkata: "Apakah Anda memiliki bibi dari pihak ibu?" Dia menjawab: Ya. Dia berkata: "Jadi perlakukan dia dengan baik."

Seorang pria datang kepada Rasululla shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah melakukan dosa besar, apakah masih ada taubat utukku?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah kamu masih memiliki kedua orang tua?” “Tidak,” “Apakah kamu memiliki khalah (saudari ibu)?” “Iya,” “Kalau begitu berbuat baiklah kepadanya!”  (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban, dishahihkan olejh Syekh Al-Albani).

Usaha di jalan Allah atau fisabilillah 

berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan mulia bahkan termasuk amalan di jalan Allah,sebagaimana dalam suatu riwayat dari sahabat Ka'ab bin Ujrah  radhiyallahu 'anhu;

Tentang tumit ibn al-Akra, dia berkata: Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) melewati kedamaian dan Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya). "Jika dia keluar, dia mencari anaknya, dia di jalan Allah, dan jika dia keluar, dia mencari orang tua dari orang-orang muda.

Seorang pria lewat di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dilihat oleh para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyaksikan kesungguhannya dan rajinnya dalam bekerja. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, andaikan (kesungguhan dan rajinnya ini) di jalan Allah?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Jika ia keluar untuk bekerja menghidupi anaknya yang masih kecil maka ia termasuk di jalan Allah, jika ia keluar bekerja untuk membantu/menghidupi kedua dahia jalan ya ya lanka bekerja untuk dirinya sendiri demi menjaga kehormatan/harga dirinya maka ia di jalan Allah, dan jika ia keluar untuk riya (pamer) dan berbangga diri maka ia di jalan setan.”  (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak gugur meskipun orang tua kafir atau musyrik.

Karena saking agungnya kedudukan orang tua dan besarnya hak mereka untuk mednapatkan bakti dari anak-anak, kewajiban berbakti tidak gugur meskipun orang tua berbeda keyakinan dengan anaknya. Sebagaimana dalam surat Luqman ayat 14-15.

Dan kita manusia bersama ibunya, ibunya berkampanye dan di sini pada orang-orang beriman dan dalam dua tahun itu saya berterima kasih kepada saya dan orang tua Anda atas nasib” ( QS AL-Luqman: 14-15)

Dalam hadits shahih diriwayatkan, Asma binti Abu Bakar  radhiyallahu 'anha  pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kewajibannya berbakti kepda ibunya yang masih musyrik.

 Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku ketika dia menghendaki, sehingga aku harus memisahkannya? Dia berkata: "Ya, berdoalah."

Wahai Rasulullah, aku datang kepadaku namun masih enggan masuk Islam, apakah saya tetap menyambungkan hubungan dengannya? Rasul berkata, “Iya sambunglah hubungan (silaturrahim dengannya ). (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Hibban).

Demikian penjelasan tentang keutamaan berbakti kepada orang tua atau memuliakan orang tua seperti yang disampaikan di atas, ternyata betapa pentingnya memuliakan orang tua dan benar adanya jika ingin hidup kita dimuliakan oleh Allah SWT sudah sepantasnya kita memuliakan orang tua baik orang tua yang masih hidup ataupun orang tua yang sudah meninggal.

Untuk bagaimana cara memuliakan orang tua baik yang masih hidup atau sudah meninggal akan dibahas dalam artikel berikutnya.


Postingan populer dari blog ini

WIRID SATU MALAM PENDATANG UANG

RAHASIA MERAIH KESUKSESAN DUNIA & AKHIRAT